Rupaca
Powered by Blogger.
  • Beranda
  • Portofolio
  • Profil
  • Kategori
    • Catatan Perjalanan
    • Celoteh
    • Cerpen
    • Essai
    • Lomba
    • Kilas Balik
    • Riview
    • Ruang
    • Sosok
  • Kontak
  • Shop
Istilah-istilah Teknis Dalam Penulisan Skenario atau Skrip

Saya ditawari pekerjaan untuk menggarap penulisan skrip video profile instansi pemerintahan di Provinsi Banten. Tawaran itu datang dari seorang kawan yang bekerja di sebuah media digital khusus wisata Bandung Raya. Saya dibuat heran kenapa bisa ditawari pekerjaan ini, saya tidak punya basic atau wawasan membuat scrip video, saya hanya mampu menulis.

Sebelum memutuskan menerima pekerjaan itu, saya belajar kilat mengenai penulisan skrip atau skenario lewat buku Kunci Sukses Menulis Skenario terbitan Grasindo dan bantuan google. Merasa percaya diri, saya putuskan untuk menerima pekerjaan itu.

Ketika pengerjaan, saya malah lebih banyak belajar. Terutama ketika diskusi dengan pemberi project mengenai hal apa yang ingin ditampilkan. Boleh dikatakan saya lebih banyak oh ini gunanya oh ini bagusnya di sini. Saya menikmati pekerjaan ini dan cuannya pun lumayan, saya berharap dapat kembali mendapatkan pekerjanan seperti ini. Kalau ada yang tertarik boleh kita diskusi deh.    

Nah, ada jika kamu tertarik menjadi penulis skrip atau skenario ada baiknya kamu harus tahu istilah-istilah dibawah ini. Pasalnya istilah ini seringkali dipakai dalam format penulisan skrip atau skenario.

BCU (BIG CLOSE UP): Pengambilan gambar dengan jarak yang sangat dekat. Biasanya, untuk gambar-gambar kecil agar lebih jelas dan detail, seperti anting tokoh.

CU (CLOSE UP): Pengambilan gambar dengan jarak yang cukup dekat. Biasanya, untuk menegaskan detail sesuatu seperti ekspresi tokoh yang penting, seperti senyum manis atau lirikan mata. Tokoh biasanya muncul gambar wajah saja.

COMMERCIAL BREAK: Jeda iklan. Penulis skenario harus memperhitungkan jeda ini, dengan memberi kejutan atau suspense agar penonton tetap menunggu adegan berikutnya.

CREDIT TITLE: Penayangan nama tim kreatif dan orang yang terlibat dalam sebuah produksi

CUT BACK TO: Transisi perpindahan dalam waktu yang cepat untuk kembali ke tempat sebelumnya. Jadi, ada satu kejadian di satu tempat, lalu berpindah ke tempat lain, dan kembali ke tempat semula.

CUT TO: Perpindahan untuk menggambarkan peristiwa yang terjadi bersamaan, tetapi di tempat yang berbeda atau kelanjutan adegan di hari yang sama.

DISSOLVE TO: Perpindahan dengan gambar yang semakin lama semakin kabur sebelum berpindah ke adegan berikutnya.

ESTABLISHING SHOT: Pengambilan gambar secara keseluruhan, biasa disingkat ESTABLISH saja.

EXT.(EXTERIOR): Menunjukan tempat pengambilan gambar diluar ruangan

FADE OUT: Perpindahan gambar dari terang ke gelap secara perlahan.

FADE IN: Perpindahan gambar dari gelap ke terang secara perlahan.

FLASHBACK: Ulangan atau kilas balik peristiwa. Biasanya, gambarnya dibedakan dengan gambar tayangan sekarang.

FLASHES: Penggambaran sesuatu yang belum terjadi dalam waktu cepat; contohnya: orang melamun.

FREEZE: Aksi pada posisi terakhir. Harus diambil adegan yang terjadi pada tokoh utama dan dapat membuat penonton penasaran sehingga membuat penonton bersedia menunggu kelanjutannya.

INSERT: Sisipan adegan pendek, tetapi penting di dalam satu scene.

INTERCUT: Perpindahan dengan cepat dari satu adegan ke adegan lain yang berbeda dalam satu kesatuan cerita.

INT. (INTERIOR): Pengambilan gambar pada jarak jauh. Biasanya untuk gambar yang terlihat secara keseluruhan.

LS (LONG SHOT): Pengambilan gambar pada jarak jauh. Biasanya untuk gambar yang terlihat secara keseluruhan.

MAIN TITLE: Judul cerita pada sinetron atau film.

MONTAGE: Beberapa gambar yang menunjukkan adegan berurutan dan mengalir. Bisa juga menunjukkan beberapa lokasi yang berbeda, tetapi merupakan satu rangkaian cerita.

Baca juga: Larut Dalam Sebuah Film Drama

OS (ONLY SOUND): Suara orang yang terdengar dari tempat lain; berbeda tempat dengan tokoh yang mendengarnya.

PAUSE: Jeda sejenak dalam dialog, untuk memberi intonasi ataupun nada dialog.

POV (POINT OF VIEW): Sudut pandang satu atau beberapa tokoh terhadap sesuatu yang memegang peranan penting untuk tokoh yang bersangkutan.

SCENE: Berarti adegan atau bagian terkecil dari sebuah cerita.

SLOW MOTION: Gerakan yang lebih lambat dari biasanya. Untuk menunjukkan hal yang dramatis.

SFX (SOUND EFFECT): Untuk suara yang dihasilkan di luar suara manusia dan ilustrasi musik. Misalnya, suara telepon berdering, bel sekolah, dll.

SPLIT SCREEN: Adegan berbeda yang muncul pada satu frame atau layar.

TEASER: Adegan gebrakan di awal cerita untuk memancing rasa penasaran penonton agar terus mengikuti cerita.

VO (VOICE OVER): Orang yang berbicara dalam hati. Suara yang terdengar dari pelakon namun bibir tidak bergerak.



Photo by Patrick Tomasso on Unsplash
Aku tak pernah bosan untuk mengikuti mata pelajaran mengarang. Aku bisa menghabiskan berlembar-lembar kertas untuk menuliskan kisahku yang dibumbui imajinasi. Seolah tak ada beban, aku meracau semauku, dan itu menyenangkan.

Majalah Bobo dan buku berjudul Lima Sekawan adalah dua barang yang membuatku gemar membaca dan menulis. Namun dua barang itu adalah barang spesial, pasalnya aku baru bisa membacanya di masa libur sekolah. Di luar hari libur aku diharuskan membaca buku mata pelajaran.

Beranjak remaja aku tak pernah kehilangan kesenangan untuk menulis. Aku mulai menulis berbagai pengalaman dalam sebuah blog pribadi. Yah, saat itu aku SMK, di sekolahku terdapat mata pelajaran yang mengajarkan siswanya untuk membuat blog berbasis blogspot. Perkenalakan dengan dunia blogger berawal dari sini.

Semakin sering menulis di blog, aku merasa tulisanku tak berkembang. Aku sedikit berpikir apa aku kurang membaca, aku tak tahu. Hingga aku menemukan sebuah komunitas bernama Jamban Blogger. Satu komunitas yang diisi oleh para blogger seIndonesia. Aku mulai rajin blogwalking untuk mencari ide tulisan. Terkadang aku meniru ide lalu mengolahnya dengan caraku sendiri.

Baca juga: Jamban Blogger Jamban Dari Segala Jamban

***

Dalam sebuah wawancara yang dimuat dalam buku Gabriel Garcia Marquez: Wawancara Terakhir dan Percakapan-Percakapan Lainnya, Sastrawan asal Amerika Latin itu mengatakan bahwa tak ada cara lain belajar menulis selain belajar dari novel lain.  

Marquez seolah mengatakan bahwa belajar menulis itu haruslah kepada penulis. Proses membaca dan menulis ulang adalah cara terbaik untuk belajar menulis secara otodidak. Dari sejumlah biodata penulis yang pernah aku baca mayoritas dari mereka adalah orang-orang yang gemar menyalin hingga menerjemahkan tulisan.

Berangkat dari sana aku pun mencoba menyalin buku dan menerjemahkan artikel berbahasa asing dengan kemampuan bahasa asingku yang terbatas. Yah, dari sana aku merasa ada sedikit perubahan dalam gaya menulisku, entah itu dari pemilihan diksi hingga cara bertutur. Terkadang aku merasa seperti Haruki Murakami, di kesempatan lain merasa seperti Multatuli yang tengah mengkritisi pemerintahan Hindia Belanda.  
  
Selain itu aku pun mulai mengikuti forum diskusi dan workshop penulisan guna menambah relasi dan pengetahuan. Dalam sebuah workshop penulisan yang diadakan oleh Pandit Football pada tahun 2018, Zen RS pernah mengatakan bahwa apa yang kita tulis hari ini, mungkin saja di masa depan bakal menjadi salah satu sumber primer pengetahuan dan informasi.

Baca juga: Upaya Menebar Virus Literasi

Menulis adalah salah satu cara memotret kisah yang berjalan di masa kini untuk dibagikan dan tersimpan hingga masa yang akan mendatang. Tentu aku tak pernah jumawa untuk menjadi penulis yang akan mengubah peradaban, itu terlalu adiluhung. Namun aku masih yakin bahwa apa yang dituliskan aku hari ini bakal memberi manfaat bagi sebagian orang.     

Hingga detik ini di tengah kesibukan lain aku masih menyimpan semangat untuk terus belajar menulis agar menjadi penulis yang terus belajar menulis.

Artikel ini ditulis sebagai salah satu syarat mengikuti training content creator yang diadakan pikiran rakyat media network. 

ASM Ariyanti Bandung
Literasi Generasi Muda Photo ASM Ariyanti
Pernahkan kita bertanya seberapa dekatkah kita dengan literasi? Atau kita tak pernah tahu apa itu literasi. Literasi mungkin bagi sebagian orang terbatas dengan hal-hal yang berhubungan dengan buku. Padahal makna dari literasi sangatlah luas. Literasi adalah soal menulis, membaca dan memahami konteks, bahkan membaca keadaan sekitar bisa dikatakan sebuah bentuk literasi.
Di era internet kemudahan untuk mendapatkan bahan bacaan sangatlah mudah. Hanya dengan mengetik keyword yang diinginkan maka kamu akan segera mendapatkannya. Namun ini juga berbahaya, banyaknya informasi yang datang membuat kita tak pernah mendalami apa yang kita baca. Sebab yang berbahaya di saat sekarang adalah lebih banyak berkomentar daripada membaca buku. Literasi seperti apakah yang diinginkan oleh generasi muda?
Berawal dari kegundahan itulah pada hari kamis 14 Desember 2017 saya mengikuti kegiatan seminar bertajuk Literasi Generasi Muda “Menebar Virus Literasi” yang diselenggarakan oleh Akademi Sekretari dan Manajemen Ariyanti Bandung. Saya penasaran dengan paradigma generasi muda untuk melihat dan memahami literasi dan langkah seperti apa yang sesuai dengan kondisi sekarang untuk menebarkan virus literasi.
Terlebih kegiatan ini diselenggarakan di kampus, yang pastinya kampus tak bisa dilepaskan dengan dunia literasi. Semua aktifitas mahasiswa mau tidak mau pasti akan bersinggungan dengan literasi. Maka sangat diharapkan instansi pendidikan seperti kampus menjadi permulaan untuk menyebarkan semangat literasi.
Kegiatan  seminar ini mengundang para pegiat literasi diantaranya Jagat Wijaksono sebagai pengelola Komunitas “Ngampar Boekoe” yang aktif mengajak masyarakat berliterasi dan membuka lapak-lapak buku di Kota Cimahi. Kemudian ada pegiat literasi Aulia Akbar yang sedang menekuni profesi sebagai design grafis, merangkap sebagai penulis puisi dan terakhir ada Mbak Theoresia Rumthe penulis buku Tempat Paling Liar di Muka Bumi, Perempuan Sore.
Dalam seminar ini Jagad dan Aulia mengatakan bukan hal mudah untuk mengajak generasi muda untuk bergiat dengan literasi. Generasi muda yang lahir berbarengan dengan internet membuat mereka lebih akrab dengan internet daripada buku. Mungkin zaman dulu untuk mendapatkan sebuah bahan bacaan memerlukan perjuangan ekstra, harus mencari dari perpustakaan ke perpustakaan atau meminjamnya ke teman. Sehingga ketika mendapatkan buku yang diinginkan, kita akan benar-benar membaca dan memahaminya. Berbeda dengan zaman sekarang yang terasa sangat mudah untuk mendapatkan bahaan bacaan, sehingga apresiasi terhadap bacaan berkurang atau memang kemudahan-kemudahan yang diberikan teknologi telah membuat generasi terbaru lebih malas. 
Namun kemajuan teknologi bukan hal yang bisa dihindari atau menjadi alasan mandetnya dunia literasi. Justru kemajuan harus bisa dijadikan media untuk lebih mengobarkan semangat literasi. Dengan bantuan teknologi bisa menebarkan virus literasi ke setiap penjuru tak terbatas ruang dan waktu. Dapat dikatakan generasi muda sudah akrab dengan teknologi bernama sosial media. Ini bisa menjadi peluang untuk mengupayakan literasi lewat sosial media. Salah satunya dengan latihan menulis dari caption ig. Sebab ig dirasa cukup efektif untuk menjangkau generasi muda. Selain caption ig, geliat media daring untuk menyebarkan artikel berkualitas sudah banyak bermunculan.  
Meskipun teknologi berkembang pesan, teks masih menjadi media utama untuk berliterasi. Sehingga upaya untuk menebar literasi yakni dengan menulis kemudian membagikan tulisan kita. Menulis sebuah ekspresi dari dalam diri yang mampu menggugah seseorang. Menulis memang tidak mudah, menulis harus dibiasakan dan banyak latihan. Terlebih untuk menulis butuh konsistensi dan jangan jadikan menulis sebagai beban.
Baca juga: Resensi Braga Jantung Parijs van Java
Dalam acara ini Mbak Theo penulis buku Perempuan Sore menjelaskan bahwa dirinya tak pernah merasa bosan dengan menulis. Sebab baginya menulis adalah sebuah kesenangan, adapun kesenangan itu bisa menghasilkan uang adalah bonus. Tentunya menulislah untuk menyenangkan diri sendiri jangan untuk menyenangkan orang lain. Ini bisa menjadi point penting terutama bagi para penulis pemula.  
Ia merasa yang paling menakutkan di dunia ini adalah hilangnya kegelisahan dari hidupnya yang membuat ia tak akan bisa lagi menulis. Saya setuju dengan pernyataan mbak Theo. Penulis lahir dari kegelisan yang menimpa dirinya atau lingkungan sekitarnya. Makanya seorang penulis yang sukses adalah penulis yang peka dengan lingkungannya dan menuangkan kegelisahannya menjadi sebuah tulisan.
Mbak Theo selaku pembicara utama dalam kegiatan ini. Membeberkan rahasianya untuk selalu mendapatkan inspirasi ketika menulis. Dunia yang kita tinggali ini bergerak lebih cepat dan terus lebih cepat dan kita tak mampu mengejar kecepatan itu.
Ia berpendapat daripada berusaha mengejar gerak langkah waktu yang sangat cepat, ia lebih memilih untuk bergerak lebih lambat dan melihat dunia lebih detil setiap kejadiannya. Dengan ia bergerak lebih lambat maka akan lebih mudah untuk menemukan inspirasi dari setiap kejadian yang terlihat di depan matanya.
Jika itu semua masih belum menghasilkan sebuah insipirasi bagi tulisanmu. Mungkin memang saatnya untuk berhenti menulis dan keluar rumahlah. Lakukan apa yang kamu suka jangan biarkan pikiranmu terkerangkeng. Ketika pikiran kamu sudah siap menulis segara menulis.
Apa yang diungkapkan mbak Theo ini telah banyak memberi saya inspirasi untuk tetap menulis. Dan pastinya untuk lebih banyak membaca sebab penulis besar tentunya tak lepas dari aktifitas membaca. Menulis tanpa membaca itu mustahil.
Mbak Theo pun mengatakan untuk selalu membawa catatan kecil dan pulpen untuk menuliskan ide-ide yang terkadang datang begitu saja. Seminar seperti ini cukup menarik dan menjaga semangat generasi muda untuk tetap berliterasi.
Selama masih ada yang orang yang membaca buku, selama itu juga literasi akan tetap hidup.

Older Posts Home

Postingan Populer

  • Jelajahi Villa Isola Dalam Satu Babak
  • Leuhang, Sauna Tradisional Sunda
  • Nunggu Teka, Menimbang Kembali Makna Kebersamaan
  • Cara Pasang Grip Karet Raket Lining Asli
  • Cara Cek Raket Lining Asli atau Palsu?

Author


Hello, There!

Aloha, urang Rulfhi Alimudin biasa dipanggil Upi. Urang suka nulis tapi belum tahu suka kamu atau engga


Ikuti

Blog Archive

Artikel Pilihan

Ulasan: ‘Logan Lucky’: Steven Soderbergh dan Kelompok Pencuri

Copyright © 2016 Rupaca. Created by OddThemes