Rupaca
Powered by Blogger.
  • Beranda
  • Portofolio
  • Profil
  • Kategori
    • Catatan Perjalanan
    • Celoteh
    • Cerpen
    • Essai
    • Lomba
    • Kilas Balik
    • Riview
    • Ruang
    • Sosok
  • Kontak
  • Shop
Lowongan CPNS Kemenkeu Sri Mulyani

Salah satu kesenangan aparatur negara saat ini adalah memberi kejutan bagi rakyatnya. Beberapa hari yang lalu kita dikejutkan dengan Kementerian Pertanian (Kementan) yang mewartakan produk kalung penangkal virus corona.

Respon dari terciptanya kalung berbahan eucalyptus (kayu putih) beragam. Ada yang meragukan fungsinya, terlebih kalung ini belum teruji secara akademik. Ada juga yang beranggapan bahwa ini tak ubahnya sebuah jamu. Yah diterima saja sebagai alat terapi alternatif.

Mungkin ini apa yang disebut pak Jokowi bahwa bahwa semua harus merasakan kondisi krisis. Sehingga apapun kementeriannya semua harus turut mencari solusi mengatasi pandemi covid-19. Karena ini permasalahan serius harus ditangani serius, jangan asal kerja. Apalagi kerja dari rumah serasa cuti.   

Beranjak ke kementerian lainnya. Tepatnya datang dari kementerian tempat ibu Sri Mulyani mengabdi. Kendati begitu kejutan ini tidak ada hubungan langsung dengan covid-19. Kementerian Keuangan (Kemenkeu) akan melakukan pemberhentian sementara perekrutan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) dan mahasiswa STAN (Sekolah Tinggi Akuntasi Negara) mulai tahun 2020-2024.

Kabar ini memang tak terlampau mengejutkan sebagaiamana kalung penangkal corona. Namun cukup membuat lulusan Sarjana Ekonomi dan para lulusan SMA tahun ini mengernyitkan dahi. Lantaran salah satu pintu bekerja di kementerian tertutup sementara.

Baca juga: Sosial Branding Ala Pejabat, Di Mana Pun Selalu Ada Bayangmu

Keputusan tersebut berlandaskan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 77/PMK.01/2020 tentang Rencana Strategis Kementerian Keuangan Tahun 2020-2024, yang menyebutkan akan diterapkannya minus growth dalam hal jumlah pegawai.

Sehingga dalam kurun waktu empat tahun itu nantinya bakal ada pegawai yang pensiun atau dikeluarkan. Selain itu lewat kebijakan ini diharapkan mendorong Kemenkeu menjadi institusi yanng lebih ramping dan efisien karena memaksimalkan bantuan teknologi.

Di sisi lain kebijakan ini nampak seperti siasat untuk mewaraskan keuangan kementerian akibat pandemi covid-19. Apa mungkin negara sudah tak ada uang untuk membayar pegawainya, sehingga harus minta sama penduduknya dengan berbagai iuran semisal Tapera. Ups.  

Penutupan perekrutan CPNS tidak menutup kemungkinan diikuti oleh sejumlah kementerian lainnnya. Menurut Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) Tjahjo Kumolo mengatakan Badan Kepegawaian Negara (BKN) tengah memperhitungan kementerian mana saja yang tidak memerlukan penambahan PNS.

“Sekarang sedang diiventarisis bersama BKN, kementerian/lembaga mana yang masih perlu pegawai dan mana yang sudah tidak perlu, ucap Tjahjo.

Andai itu benar-benar terjadi, membayangkan empat tahun tanpa penerimaan CPNS. Saya kira para jobsekker tak akan kuat. Bayangkan tiga bulan tanpa adanya lowongan kerja saja sudah menyiksa, apalagi selama itu. Udah kaya pasangan LDR yang tak bisa bertemu.

Kehadiran rekrutmen CPNS setidaknya hadir menjadi asa bagi fresh graduate dan pekerja muda yang bekerja di perusahaan swasta. Lantaran realitanya tidak semua perusahaan swasta memberikan gaji yang layak dan jam kerja yang sesuai. Jadi selalu ada alasan untuk daftar CPNS, hyung.   

Saya memiliki teman yang setiap tahunnya hampir selalu mengikuti ujian CPNS. Ia selalu optimis untuk menghadapi CPNS. Bahkan setiap tahun ia membeli buku panduan mengerjakan soal CPNS. Namun hasilnya ia masih bersama saya menjadi karyawan swasta.

Akan tetapi pasti ada pelajaran yang bisa dipetik, berkali-kali gagal bukan berarti menjadi satu alasan untuk berhenti. Ia beralasan bahwa mengikuti rekruten CPNS adalah salah satu ikhtiar dalam menjaga harapan.

Keinginan menjadi PNS adalah satu upaya menyelamatkan diri dari ketidakberdayaan pemerintah dalam melindungi karyawan swasta. Yah kalo pemerintah peduli ga mungkin malah mendukung Omnisbuslaw yang bikin galau pekerja.  

Baca juga: Nabung Itu Privilese, Apalagi Kalau Masuk Generasi Sandwich

Selain itu suka tidak suka kita sebagai manusia dewasa harus bisa mengelola harapan. Mungkin karena itulah job motivator di negeri ini selalu kebanjiran order. Karena di negeri berfllower, kata-kata motivasi tak ubahnya bunga yang tengah mekar, indah dipandangi dan bikin suka.  

Masih ingat bagaimana pemerintah mendatangkan Merry Riana sebagai juru bicara penanganan covid-19. Hal ini menandakan bahwa pemerintah sangat peduli dengan warganya agar mereka merasa bahagia semu lantaran endorpin meningkat. Dengan begitu semua merasa baik-baik saja.  

Saya juga melihat di timeline sosial media pencarian kerja, Linkedin. Konten-konten bertemakan motivasi lebih laku daripada tips bekerja dengan baik dan benar atau hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaan. Jadi sebenernya kita ingin cari kerja atau cari kata-kata motivasi untuk dipamerkan di dinding sosial media?

Maka dari itu saya akan menutup dengan kata-kata motivasi. Meminjam kata-kata dari bu Susi Pudjiastuti bahwa hidupkan terus bergerak. Puncak-puncak pencapaian harus terus diciptakan tiap hari. Maka dari itu terkadang para pekerja harus terus bergerak dari satu perusahaan ke perusahaan lain, atau melompat menjadi seorang PNS.

Meski begitu menjadi pekerja swasta atau negeri sama-sama ada sisi tak menyenangkan. Namun semua bisa diatasi dengan banyak-banyak melihat motivator dan kata-kata bijak. Dengan begitu kamu merasa baik dalam sesaat dan merasa galau kemudian.

Photo by Free To Use Sounds on Unsplash


Diam itu emas, pepatah yang sudah tak asing di telinga kita. Belakangan ini saya berpikir ulang mengenai makna dari pepatah tersebut. Di era seperti sekarang apa benar berdiam saja itu emas padahal kamu memiliki plaform besar, ayo speak up.

Kegaduhan itu berawal ketika salah satu influencers kena semprot netizen budiman. Netizen yang maha benar menganggap bahwa seorang influencers dengan followers besar minimal 50k harus menyumbangkan suaranya untuk isu sosial seperti isu rasisme di Amerika Serikat atau di negeri sendiri. Jangan jadi akun yang dipakai buat endorses saja.  

Sedikit berpikir kita bakal setuju, bahwa memang seharusnya influencers angkat suara guna menggerakan massa yang lebih besar. Sehingga isu tersebut lebih masif dan diketahui berbagai kalangan untuk menggugah empati dan kesadaran bermasyarakat. Hingga akhirnya dapat mempengaruhi kebijakan.   

Namun banyak orang yang belum tahu bahwa seorang influencers itu bekerja sesuai dengan niche atau ceruk masing-masing. Misalkan seorang influencers kecantikan akan terasa aneh dan janggal ketika dia masuk ke ranah politik. Selain janggal tentunya mereka tidak menguasai bidang tersebut malah mungkin timbul kesan sok tahu dan berujung blunder. 

Melihat ke belakang tentu kita masih ingat kejadian yang menimpa influencers sekaliber Karin Novilda atau lebih dikenal Awkarin. Saat itu postingan dari Awkarin yang ikutan demo malah dianggap sebagai caper dan so peduli dan sebagainya. Padahal apa yang dilakukan Awkarin adalah hal yang wajar sebagaimana para mahasiswa yang turun ke jalanan untuk mengamalkan demokrasi. 

Lain influencers lain cerita juga. Ini kisah dari anak Bali, yakni Bli Jrx. Kita mungkin jadi sebagian golongan yang jengah dan jenuh dengan apa yang dilakukan oleh Jrx karena terlalu banyak speak up lintas isu mulai dari isu receh hingga soal konspirasi corona akibat ulah elit global. Apa yang dilakukan malah lebih banyak mengundang polemik daripada solusi. Kendati begitu itu adalah hak Jrx yang harus dihormati kalau tidak nanti Bli ajak kamu adu jotos.
Baca juga: Nabung Itu Privilese, Apalagi Kalau Masuk Generasi Sandwich
Terakhir Dinda Safay dengan segala inkopetensinya memaksakan diri untuk berbicara mengenai Corona. Alhasil Dinda malah salah ucap, sehingga berujung di meja podcast mas Dedi untuk sulap, minta maaf dan klarifikasi mengatasnamakan pribadi yang introvert. 

Diluar soal niche, kita harus memahami betul bahwa berbicara sesuai dengan kapasitas ilmu pengetahuan dan wawasan kita adalah hal yang penting entah itu bagi seorang influencer maupun orang biasa yang followernya stagnan.  

Saya teringat percakapan di whatsapp grup dengan seorang kawan yang tengah menyelesaikan study S2 di Jerman. Dia bercerita bahwa ketika masa-masa awal virus Covid-19 ditemukan, di sana hanya orang-orang dari kalangan berlatar kesehatan yang berani berbicara mengenai virus tersebut. 

Mereka yang memiliki latar di luar bidang kesehatan memilih untuk diam sambil menunggu pernyataan dari orang memang memiliki kapasitas untuk menjelaskan hal tersebut. Tentu hal ini akan meminimalir simpang siur informasi dan hoax. Pasalnya setiap orang menempati posisi masing-masing sesuai dengan porsinya. Dan paling penting adalah datangnya informasi dari sumber kredibel dan terpercaya. 

Namun ini berbeda dengan keadaan sosial di masyarakat kita, di mana ada ego untuk menjadi yang paling terdepan dan paling lantang dalam menyuarakan hal-hal tertentu, terutama isu-isu yang tengah panas dan diperbicangkan. Masalah benar atau salah bisa diselesaikan di waktu yang nanti dengan label klarifikasi.

Dalam ruang lingkup paling kecil seperti keluarga, kita dengan mudah menemukan praktek ini. Semisal dalam whatsapp grup hampir selalu ada salah satu anggota keluarga yang merasa paling tahu dengan membagikan segala informasi terkini dan berbicara lebih banyak. Hingga akhirnya anggota yang lain terutama mereka yang lebih muda merasa segan untuk membantahnya. 
Baca juga: Cara Sesat Menangkal Konten Porno
Parahnya lagi praktek ini semakin merajela seiring dengan mudahnya membuat dan menyalurkan informasi melalui berbagai media di internet. Karena di era sekarang setiap orang memiliki kemampuan untuk mengolah informasi dan membagikannya dengan satu telunjuk. 

Keinginan untuk selalu bersuara secara tidak sadar telah menelan kemampuan kita untuk mendengar. Padahal Tuhan sudah memberikan sepasang telinga dan satu mulut agar, kita lebih banyak mendengar. Namun kita mulai mengikarinya. Sungguh terlalu.  

Memilih untuk diam di sosial media atau forum lain terhadap satu isu sosial tidak semerta-merta kita masuk golongan ignorant. Pasalnya setiap individu memiliki konsennya masing-masing terhadap isu sosial yang hendak ia bela. Berani diam untuk hal yang tak dikuasai lebih bijak daripada harus memaksakan berbicara di luar nalarnya. 

Mungkin saja masyarakat Indonesia sering lupa bahwa demokrasi itu kebebasan berpendapat bukan memaksa orang untuk memiliki pendapat yang sama. Karena kalau ada paksaan sama saja dengan otoriter. Sehingga memilih diam adalah salah satu bentuk dari berdemokrasi yang harus dihormati oleh seluruh lapisan masyarakat. Tak peduli dengan jumlah followermu. 

Mungkin saja kini diam itu bukan lagi emas tapi sebuah saham yang bisa meningkat nilai jualnya. Tergantung permintaan masyarakat.  

Photo by Kristina Flour on Unsplah

  



Sudah hampir dua bulan ini saya mendapati banyak orang yang bertahan hidup dari menjual barang-barang berharga yang tersisa di rumahnya. Mayoritas mereka adalah pekerja yang dirumahkan atau pekerja yang kena PHK akibat pandemi covid-19

Kendati begitu di tengah kondisi serba sulit ini masih ada orang baik yang mengulurkan bantuan untuk teman-teman yang kena phk, seperti panutan kita bernama Kokok Dirgantoro hingga pemikiran kreatif dari anak muda yang menginisiasi platform subsidi silang bernama bagirata.id.  
   
Selain dari mereka yang mencoba bertahan dari dana bantuan, ada juga yang lebih beruntung yakni mereka yang masih bisa bekerja dari rumah dan mendapatkan gaji dengan potongan seperkian persen atau mereka yang mencukupi kebutuhannya dari uang simpanan hasil menabung.  

Berbicara menabung rasanya kita hampir semua akrab dengan kebiasaan baik ini. Saya sendiri sejak bangku sekolah dasar sudah diajarkan untuk menabung. Tentu saya masih ingat dengan buku tabungan berlogo tut wuri handayani berwarna merah atau biru itu. Setiap berangkat sekolah saya disuruh menyisihkan uang jajan untuk menabung atau lebih tepatnya diberikan uang khusus untuk ditabung. 

Sebelum belajar dimulai biasanya kami akan menyetor buku tabungan yang di dalamnya sudah berisi uang kepada ibu guru. Setelah pembelajaran di kelas usai kami akan mendapatkan kembali buku tabungan itu, di mana di dalamnya sudah tercatat nominal tabungan masing-masing. Biasanya tabungan ini baru bisa diambil ketika kenaikan kelas saja. 

Beranjak dewasa dan memiliki penghasilan sendiri saya mulai menyadari bahwa menabung bukan kebiasaan yang bisa dilakukan oleh semua orang. Tentu banyak faktor penyebabnya mulai dari perilaku konsumtif hingga memang gaji yang tak cukup untuk disisihkan menjadi tabungan. 

Oh iya, saya tidak sedang mencoba melakukan pembenaran atau klarifikasi terhadap perilaku konsumtif sebagai alasan tak menabung. Cukup para youtube pemuja adsense yang melakukan klarifikasi. Saya malah teringat cerita kawan beberapa pekan yang lalu soal menabung.
Baca juga: Cinta Sepertu Perangko, Awas Terjebak Jadi Pasangan Clingy
Seorang kawan pernah berkeluh kesah karena setiap bulan dia tidak bisa menyisihkan uangnya. Dia mulai cemas kalau sewaktu-waktu membutuhkan dana darurat entah untuk biaya rumah sakit atau lainnya. Saya tak segera menanggapinya.    
Jika menilai sekilas, teman saya ini seharusnya dipandang sebagai seseorang yang bisa menabung. Dia tidak berprilaku konsumtif, makan saja bisa dihitung dengan jari saking hematnya. Dia juga belum menikah dan memiliki gaji UMR kota Bandung. 

Setelah mendengar cerita dari obrolan dengan dia, saya baru mengetahui bahwa dia memiliki tanggungan lebih dari tiga orang mulai dari orang tua sampai adik-adiknya. Sehingga alokasi gaji umrnya habis untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dirinya, saudaranya dan orang tuanya. 

Bisa dibayangkan gaji UMR tentu cukup untuk menghidupi satu orang dengan layak, kalau dua orang masik layak, kalo tiga harus bersiasat agar layak, tapi kalau sudah lebih dari itu rasanya sudah tidak layak lagi.   

Tentunya dengan kondisi seperti itu membuat urusan menabung menjadi nomor sekian. Bagaimana bisa memikirkan menabung kala kebutuhan sanak famili dan urusan perut belum terpenuhi. Kalau pun bisa menabung rasanya tak bakal lama uang tabungan itu tersimpan karena pastinya bakal terpaksa diambil untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.  

Selain itu mereka yang tak miliki tabungan dan memiliki banyak tanggungan sangat berpotensi terjerambab dalam situasi sandwich generation atau generasi sandwich. Generasi yang terhimpit dari krisis finansial.   
  
Istilah ini pertama kali dilontarkan oleh Professor Dorothy A. Miller pada 1981 dalam jurnal berjudul “The ‘Sandwich’ Generation: Adult Children of the Aging". Dalam jurnal tersebut, Dorothy menjelaskan generasi sandwich sebagai generasi orang dewasa yang harus menanggung beban hidup orang tua dan anak-anaknya. Ia rentan mengalami tekanan pasalnya menjadi tulang punggung keluarga.

Tentu membantu kebutuhan orang tua adalah keinginan dari banyak orang, namun dengan gaji UMR apa daya harus banyak bersiasat: bagi sini bagi sana, hingga tak terasa kantong menjadi kering. Apalagi kita hidup di negara yang masih mengkelasduakan kesejahteraan kelas pekerja.  

Ketika pengeluaran lebih besar daripada pendapatan, semua ahli ekonomi tentu bakal sepakat untuk bilang carilah pemasukan lain seperti jalani bisnis sampingan. Dalam banyak kasus pengeluaran untuk membuat usaha sampingan terkadang malah lebih mirip menjadi jebakan finasial. Niatnya mencari untung malah buntung, akhirnya malah nambah hutang. 

Kalau pun tak buntung, bagaiamana pembagian waktu dengan pekerjaan utama yang sudah menghabiskan waktu. Bisa-bisa kelas pekerja hanya kebagian capeknya saja dan tak lagi bisa menikmati nikmatnya bercinta.  

Menutup hal ini saya ingat ucapan kawan yang sangat kiri bahwa revolusi tak bisa dilakukan dengan perut kosong. Begitu juga menabung tak bisa dilakukan dengan perut kosong, karena urusan perut tak bisa ditunda apalagi sampai dikorbankan. Pada akhirnya urusan menabung benar-benar menjadi privilese saja. Tentang siapa yang miliki jabatan dan gaji berlipat ganda. 

Ilustrasi gambar dari Alvaro Reyes di Unsplash




“Nempel terus kaya perangko.”

Pasti kamu sudah tak asing dengan ucapan tersebut. Ucapan yang sering terlontar atau tertuju kepada mereka kawula muda yang menyandang predikat pasangan baru. Pasalnya sebagian besar mereka yang masuk golongan ini hampir selalu menghabiskan waktu bersama-sama dengan pasangannya, entah itu untuk jalan-jalan atau berkegiatan lainnya.

Saya harus mengamini bahwa menjadi pasangan baru adalah fase yang sangat manis. Pada fase ini kita seperti dimabuk cinta, membuat dunia serasa milik berdua. Tak peduli di luar terjadi apa, selama ada pasangan di sisimu sudah merasa aman dan tentram.

Tentu tidak ada yang salah dengan menghabiskan waktu bersama pasangan. Namun mulai menjadi masalah jika salah satu mulai merasa risih dan merasa memiliki ketergantungan berlebih. Sehingga mulai mengganggu keharmonisan hubungan. Tahap ini biasanya muncul ketika hubungan sudah berjalan lama, dan mungkin secara tidak sadar pasangan kita memiliki sifat clingy.

Apa itu clingy? Merujuk pada urbandictionary.com, clingy memiliki arti seseorang yang terobsesi dengan orang lain atau pasangannya di mana ia tidak ingin meninggalkannya dan ingin menghabiskan waktu bersama terus menerus.   

Sementara dari beberapa informasi lain, saya mendapatkan bahwa clingy adalah sikap seseorang yang ingin selalu dekat atau nempel terus dan bergantung pada orang lain atau pasangannya. Perilaku ini bisa dimiliki oleh siapa saja entah itu pria dan wanita.

Sikap ini lahir karena dilatarbelakangi faktor dalam diri seperti rasa ketidaknyamanan dan ketidakpercayaan diri pada dirinya sendiri sehingga secara berlebihan membutuhkan seseorang yang selalu dekat dengannya. Rasa tidak nyaman dan tak percaya diri ini bisa muncul lantaran pengalaman masa lalu yang mengecewakan, atau pengalaman traumatis yang menimbulkan ketakutan, kemarahan dan sebagainya.

Harus diakui pengalaman masa lalu terutama apa yang terjadi di rumah sering kali mempengaruhi kondisi mental seseorang ketika menginjak dewasa. Saya pernah mendengar cerita dari kawan yang masa kecilnya mendapatkan perlakuan kasar oleh ayahnya, terutama ketika melakukan kesalahan. 
Ketika dewasa ia bisa sangat marah dan histeris ketika di lingkungan sekitarnya mendapatkan suara keras atau teriakan. Ia reflek untuk berteriak balik sambil meminta teriakan tersebut dihentikan. Padahal suara keras tersebut bukan ditujukan untuk dirinya.  
 
Kembali kepada clingy, pada prakteknya seorang yang clingy hampir menyerupai sikap posesif, di mana menunjukan perilaku over dependency (ketergantungan yang berlebih), dan ingin menguasai pasangannya. Kendati begitu yang jadi pembeda adalah latar belakang yang mendasarinya berupa faktor eksternal, yakni tidak percaya kepada pasangan.

Pasangan clingy biasanya kerap menanyakan kabar dan selalu ingin ngobrol dengan pasangannya. Dia mengirim berpuluh-puluh pesan melalui aplikasi chating, memenuhi kolom komentar di sosial mediamu hingga menelpon setiap saat hingga kupingmu merasa panas.

Tentu kita sepakat bahwa komunikasi adalah pondasi dalam membangun relasi atau hubungan. Namun komunikasi secara berlebih dan hingga muncul kesan terlalu obsesi untuk mendapatkan balasan akan menjadi toxic dalam sebuah relasi.

Menjadi lebih kacau lagi jika pasanganmu memiliki kecenderung untuk menggeledah isi smartphone tanpa minta izin. Mulai mengecek semua isi percakapan di whatsapp, melihat isi sosial mediamu dan mulai mengintrogasi dengan tendensi curiga.  

Selain menyoal pola komunikasi, ruang gerak terancam menjadi terbatas. Pasalnya pasangan clangy itu seperti parasit. Menempel dan harus selalu ikut dalam setiap aktifitas pasangan. Tentu dalam beberapa aktifitas kita mememerlukan pasangan tapi di aktifitas lain kita perlu waktu sendiri. Entah itu untuk merenung atau menyalurkan hobby.

Sebagaimana pasangan pahlawan Batman dan Robin. Batman tidak harus selalu menumpas kejahatan di kota Gotham bersama Robin. Ada kalanya ia harus bergerak mandiri. Karena mesti diketahui Robin juga memiliki pekerjaan lain, jadi lebih bagus bila ia datang disaat yang krusial saja.

Dan pasangan clingy cenderung untuk mulai menuntut untuk menjadi apa yang ia minta sesuai dengan obsesi di kepalanya. Padahal permintaan tersebut bukanlah sebuah Undang-Undang yang disahkan DPR secara sepihak dengan dalih demi kebaikan rakyat.    

Menurut Dr. Ina Sarawaswati, staf pengajar di bagian Psikologis Klinis, Fakultas Psikologi Universitas Indonesia menyatakan bahwa sikap clingy bukan perilaku menyimpang tetapi lebih tepat dikatakan sebagai perilaku yang dipandang negatif karena bersifat berlebihan karena dapat mengganggu relasi dengan seseorang atau pasangan.

Oleh karena itu penting bagi kita untuk mengetahui kadar clingy masing-masing. Apa masih dalam tahap wajar atau sudah mengganggu sebagian rutinitas sehari-hari dan juga orang lain atau pasangan. Menjadi penting juga bagi setiap pasangan untuk menetapkan batasan-batasan jelas yang didasari kesepakatan bersama.  

Tentu kita harus menyadari bahwa manusia adalah makhluk sosial yang pasti memiliki ketergantungan dengan sesamanya. Akan tetapi mampu bersikap mandiri adalah sebuah keharusan terlebih di era sosial yang sedang tak mementu arah.

Terlebih harus diingat sebelum ada pasangan, kita mampu hidup mandiri dan semua berjalan baik-baik saja. Jadi hubungan yang sehat yang sehat adalah jika mampu menyeimbang kedekatan dan mampu bersikap secara mandiri. Dan ingat carilah pasangan yang mampu berkembang bersama bukan hanya berkembang biak saja.

*Ilustrasi gambar oleh Pana Kutlumpasis dari Pixabay

Photo by Mathias Lövström on Unsplash

Kita harus sepakat bahwa Indonesia adalah negara penghasil kreator meme terkreatif hari ini. Dalam hitungan jam saja ribuan meme mampu tersaji dan langsung menjadi trending tropik di jagad maya. Kabar baiknya lagi kita kedatangan tokoh meme teranyar yakni Bupati Klaten, Sri Mulyani. 

Semua berawal dan mulai ramai ketika pemberitaan soal pembagian handsanitizer yang ditempeli foto sang bupati. Netizen semakin murka ketika kala mengetahui bahwa foto itu ditempel ditempat yang salah, karena di balik foto tersebut terselip nama Kemensos.  

“Bupati Klaten seharusnya malu. Semalam kita diramaikan oleh beredarnya foto handsanitizer berstiker “Bantuan Bupati Klaten” dan ketika dilepas ternyata itu bantuan dari KEMENSOS? Lalu bagaimana anggaran pengadaan handsanitizer,” tulis akun twitter @MahasiwaYUJEM

Tak cukup sampai di sana, netizen Indonesia yang memiliki kemampuan setingkat detektif conan, mengungkapkan temuan baru yang tak kalah mengejutkan. Seperti akun @wnfrr yang mengungkapkan kalau apa yang dilakukan sang bupati bukan kali ini saja. “Sudah beberapa kali Bupati Klaten memanfaatkan kesempatan untuk mem-branding dirinya sendiri. Seperti di masker dan plastik sembako,” tulisnya. 

Tentu kita tak boleh mencibir atau menjudge bu Sri Mulyani sebelum kita intropeksi diri sambil melihat seberapa banyak foto fose wajah diri sendiri di hape dan di hape sang pacar. Apalagi ini bulan puasa dan negara kita yang harus mengedepankan asas praduga tak bersalah.

Merespon kontroversi ini, Bu Sri Mulyani meminta maaf dan membuat klarifikasi. Menurutnya ini hanya salah penempelan, pasalnya bantuan dari Kemensos cuma seribu botol sementara bantuan handsanitizer dari Pemkab Klaten mencapai puluhan ribu. Sehingga ia menduga ada kesalahan dalam penempelan stiker.   

“Sudah saya klarifikasi. Ada kekeliruan di lapangan (dalam penempelan stiker). Di lapangan mungkin ditempelin semua. Kejadiannya seperti itu,” sebagaimana diwartakan kompas.

Dari penjelasan bupati Klaten itu, permasalahan ini hanya masalah kekeliruan saja yang dilakukan oleh segelintir orang. Tetapi kamu percaya dengan hal itu? Setelah melihat rekam jejak bundanya warga Klaten itu.  

Apa yang kita lihat dan komentari sekarang adalah buah dari sistem demokrasi. Dua puluh empat abad yang lalu Aristoteles pernah berujar bahwa sistem ini memiliki sejumlah kelemahan diantaranya ialah melahirkan demagog dan narsisme.

Demagog adalah pemimpin yang pintar membuat citra baik demi kepentingan dirinya sendirinya dalam hal ini tujuan kekuasaan. Sementara secara terminologi demagog berasal dari bahasa Yunani, yakni demos yang berarti rakyat, dan agogos berarti penghasut (pemimpin).  

Aristoteles menggambarkan demagog sebagai pengganggu, serangga yang tak dapat Anda lepaskan padahal dia memiliki sengatan pahit. Dan mungkin ini juga yang dirasakan oleh orang Klaten. Sebagaimana informasi yang saya baca, sudah hampir dua puluh tahun pangku kekuasan politik Klaten dipegang oleh satu keluarga. Mungkin saja kecintaan orang Klaten kepada keluarga bu Sri Mulyani begitu tinggi.

Baca Juga: Cuci Gudang, Cuci Otak dan Cuci Tangan

Kelemahan kedua adalah narsisme, yakni perasaan selalu ingin tampil di depan publik serta memuji diri sendiri secara berlebihan. Dalam konteks politik para narsisme seolah-olah mereka merasa telah berhasil dan berjasa bagi rakyatnya dengan program yang mereka jalankan.  

Persoalan narsisme oleh pejabat bukanlah hal yang baru. Mulai dari pejabat tingkat paling rendah paling tinggi melakukan hal serupa. Dan hanya beberapa politisi saja yang merasa risih dengan hal serupa, itu pun mereka yang telah terbukti rekam jejaknya diantaranya walikota Surabaya, Bu Risma.

Sudah puluhan hingga jutaaan kali mata kita terpapar oleh polusi narsisme pejabat. Mulai dari spanduk seminar program hingga baliho segede gaban dalam kontestasi politik. Mereka selayaknya bintang iklan, tetapi bintang iklan yang salah posisi.

Lantaran gambar mereka menghalangi konten atau tulisan terkait program yang hendak disampaikan. Kalau pun isi program tersampaikan dan terbaca secara baik tetapi gambar mereka tidak relevan dengan programnya. Gimana toh?

Kendati begitu, harus diakui pada kenyatannya praktik narsisme pejabat selalu berhasil merebut pangsa pasar demokrasi. Pasalnya masih banyak para politisi yang enggan memberikan edukasi politik, sehingga pada pemilu, sebagian masyarakat memiliki kecendrungan memilih gambar wajah calon pejabat yang sudah familiar.

Tentu narsisme pejabat menjadi salah ketika mereka sudah menggunakan dana negara untuk kepentingan dirinya sendiri. Seharusnya pejabat lebih mengutamakan kinerja ketimbang mejeng di depan publik, terlebih di situasi seperti sekarang, di mana rakyat kecil benar-benar butuh bantuan dari para pemimpinnya.

Sebaik-baiknya sosial branding pejabat adalah dengan program nyata yang dirasakan manfaatnya serta diselingi narsisme secukupnya. Karena sesekali rakyat perlu tahu dengan wajah pemimpin mereka. Ketika wajah pejabat terlalu banyak terpampang, ia sudah seperti tokoh meme yang banyak digunakan di jagad maya.

Melesatkan sedikit lirik lagu dangdut berjudul Ada Bayangmu. Kemana pun ada bayanganmu, di mana pun ada bayanganmu, di semua waktuku ada bayangamu, pejabatku. 

Ilustrasi gambar | Kate Trifo on Unsplah

Pandemi Corona telah membuat jalanan Jakarta lebih sepi ketimbang hati dan udara lebih bebas polusi daripada hari-hari yang lalu. Hal yang sebenarnya jarang terjadi kecuali hari lebaran. Semua itu imbas dari himbauan physical distancing, bekerja di rumah dan kebijakan teranyar tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Kendati begitu, masih saja ada jalanan yang ramai. Pasalnya sebagian masyarakat masih ada yang diharuskan bekerja lantaran bukan tak takut corona, tetapi lebih takut kalau dapur tak ngebul dan dompet kian sepi. Sehingga mereka pun terpaksa menanggung resiko. Bantuan yang dijanjikan pemerintah pun nampak dibuat ribet ala birokrasi khas Indonesia.

Namun selalu ada cara Indonesia lain yang hadir. Sebagian warga yang tergugah dan miliki tabungan lebih, ramai-ramai membuat kegiatan amal, entah itu pembagian sembako dan sebagainya. Ketika pemerintah lambat bergerak, warga bisa ambil tindakan. Sebagaimana kata pemikir asal Slovenia, Slavoj Zizek, “dalam situasi krisis, kita semua adalah Sosialis.”

Kabupaten Bogor, Kota Bogor, Depok dan Kabupaten Bekasi dan Kota Bekasi menyusul Jakarta sebagai wilayah yang menerapkan PSBB guna memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Kelima wilayah itu mulai PSBB sejak Rabu 15 April 2020 sampai 14 hari ke depan dengan potensi diperpanjang jika virus masih menyebar.
Baca juga: Ada yang Tak Kalah Bahaya Daripada Pandemi Ini
Penetapan kebijakan PSBB haruslah seizin pemerintah pusat. Sehingga para kepala daerah hanya bisa membuat usulan dan menunggu konfirmasi dari pusat. Wilayah Bandung Raya pun sudah disetujui untuk PSBB mulai tanggal 22 April 2019.  

Penerapan PSBB tentu sangat berbeda dengan istilah lockdown. Tak ada penutupan akses di pintu masuk/keluar di batas-batas daerah. Namun ada pemeriksaan, di mana setiap pengendara sepeda motor diwajibkan untuk memakai masker, sarung tangan serta pengecekan suhu. Kendaraan hanya boleh mengangkut 50% dari kapasitas penumpang. 

Untuk ojek online hanya boleh mengantar barang dan makanan. Akan tetapi kabar lain menyebutkan bahwa mereka boleh membawa penumpang asal memenuhi SOP kesehatan, yakni memakai masker, sarung tangan dan penyemprotan desinfektan terhadap kendaraannya. Sementara transportasi pengangkut barang beroperasi seperti biasa.

Tentu dengan kebijakan ini masyarakat kecil menjadi kaum yang paling ringkih. Namun percayalah masih ada orang baik di sekitar kita, mungkin orang baik itu kamu? Iya kamu yang tak jadi pejabat, anggota DPP atau pun stafsus.   

Membayang situasi sekarang di mana akses serba terbatas. Pikiran saya memasuki lorong waktu Pak Haji dan Zidan bertandang ke tanah ibu pertiwi beratus tahun silam.  

Dulu ketika negara Indonesia masih bernama Hindia Belanda, penguasa saat itu yang bernama Belanda menerapkan kebijakan wijkenstelsel, yakni pengaturan pemukiman berdasarkan kelompok etnis. Tujuannya agar mempermudah pengendalian warga jajahan yang terpisah-pisah. Akibat kebijakan ini, akhirnya kiwari kita dapat menemukan kampung arab, pecinan dan sebagainya.

Dalam satu wilayah (wijk) terdapat penanggung jawab ketertiba yang diangkat dari tokoh masyarakat dengan pangkat kehormatan militer: luitenant, mayor, kapitein. Boleh dikatakan serupa Pak RW yang mengatur segala administrasi satu wilayah kecil. Setiap penghuni wijk yang melakukan perjalanan ke luar dengan perjalanan melebihi limit waktu diharuskan membawa surat keterangan: passenstlesel. Kartu yang berfungsi layaknya paspor yang sekarang kita kenal.

Wijkenstelsel merupakan warisan dari VOC yang diteruskan oleh pemerintah Hindia Belanda. Tepatnya sebuah kebijakan yang ditetapkan oleh Gubernur Jenderal VOC Valkenir. Pasca terjadinya tragedi kerusuhan 1740 yang bernama chineezenmoord. Pemberontakan yang dilakukan etnis Tionghoa dengan para bupati pesisir Mataram terhadap VOC.

Selain alasan politik, dua kebijakan Wijkenstelsel & passenstlesel digunakan sebagai monopoli ekonomi. Di era tanam paksa Priangan sempat tertutup rapat bagi semua etnis, termasuk Tionghoa. Alasannya karena Priangan saat itu tengah tumbuh menjadi daerah perkebunan kopi, dan penguasa ingin memonopoli hasil kopinya. Pasalnya kopi menjadi komoditas yang tengah naik daun dengan harga yang melambung.

Dampak kebijakan Wijkenstelsel & passenstlesel lebih terasa bagi etnis tionghoa dibanding etnis lain. Pasalnya mereka dihisap secara ekonomi, sebab harus diakui mereka adalah penggerak ekonomi yang cukup mahir tetapi dibatasi secara sosial.

Pemusatan etnis ini nyatanya menimbulkan rasa kebersamaan menjadi lebih solid, solidaritas, dan kesadaran kelompok. Dan etnis tionghoa sudah membuktikannya dalam coretan sejarah. Dan moga situasi sulit seperti sekarang dapat meningkatkan solidaritas kelompok, sebab berkaca pada masa lalu kita adalah negara yang saling tolong menolong dan gotong royong, apapun etnisnya.    

Pada akhirnya kebijakan mengenai wilayah yang diambil penguasa selalu berulang dengan pernik yang berbeda tiap masanya. Ada yang karena politik, ekonomi hingga wabah. Namun satu yang tak perlu dirubah, bahwa solidaritas masyarakat tak boleh luntur.



 


Image by Kira Hoffmann from Pixabay 
Banyak perkataan dalam bahasa Indonesia berasal dari suatu perkembangan analogi atas model pengajaran tertentu, terutama yang bertalian dengan etika, yang melintas ke sini melalui para pemakai bahasa asing dari negeri-negeri yang telah maju kebudayaannya. Salah satu perkataan yang menarik disimak tentulah kambing hitam: sebuah istilah yang di dalamnya terkandung pengertian tentang kesalahan di luar diri dan dengannya digunakan sebagai cara untuk menahirkan diri. Dikatakan menarik sebab orang Indonesia yang empunya istilah ini kelihatannya paling lihai dalam merekayasa siasat untuk menunjukan kambing hitam.

Perkataan ini sendiri belum terlalu tua, lahir sebagai elusidasi atas pewartaan Torah–kitab Ibrani yang diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu tinggi oleh Leijdecker pada tahun 1701–melalui pegangan terjemahan Belanda yang sudah ada sejak tahun 1619. Kambing hitam, yang direalisasikan dengan kambing kurban, secara khas tersua dalam kitab ketiga Torah–lazim dalam pelbagai terjemahan bahasa-bahasa Barat disebut Leviticus–menyangkut kisah tentang Harun. Orang ini ditugaskan mempersembahkan dua ekor kambing dengan mengundinya terlebih dulu: yang satu untuk Tuhan, yang satunya lagi untuk Azazel.

Pada umumnya semua bahasa Barat, terkecuali antara lain Perancis dan Spanyol, menerjemahkan perkataan bahasa Ibrani azazel sebagai sebuah pengertian afinitif yang dikaitkan dengan kesalahan dan kejahatan. Terjemahan Belandanya, yang notabene mempengaruhi analogi yang dimaksud, dibuat di bawah sinode nasional Staten-General der Verenigde Nederlanden, adalah "Aaron zal de loten over die twee bokken werpen: een lot voor den Heere, en een lot voor den weggaande bok". Perkataan den weggaande bok diterjemahkan dari kata Ibrani azazel yang secara berarti 'kambing yang telah pergi atau terhilang'. Dalam bahasa Belanda bok atau bokken selain berarti kambing, juga mengandung arti kesalahan dan kebodohan. Dari makna itulah bahasa Indonesia menyerapnya dan mengembangkannya.

Dalam terjemahan Inggris, terbit tahun 1611 dan disebut versi Raja James, azazel adalah scape-goat. Teksnya: "Aaron shall cast lots upon the two goats: one for the Lord, and the other lot for the scape-goat." Tentang scape-goat, Enchol dan Shadily dalam Kamus Inggris-Indonesia menyebutnya 'sebab kesalahan' atau 'korban'. Dengan mengacu ke situ boleh dikata bahwa terjemahan Inggris atas kata azazel juga berhubungan dengan analogi yang tumbuh di atas acuan teoritis etika dengan elusidasi makna yang khas. Sebetulnya scape-goat, seperti dikatakan Bacon dalam Encyclopedia Americana, tak kurang kambing untuk Azazel dan, memang, biasanya hitam. Namun, jalan harfiah untuk memahami azazel sulit dicapai dengan memuaskan dalam bahasa-bahasa Barat, mengingat leluri Semit secara umum dan Ibrani secara khusus menyangkut etika agamawi, tidaklah sederhana dalam jangkauan Barat yang waktu itu kafir. Itu sebabnyam terjemahan Perancis dan Spanyol atas perikop ini tampak lebih aman. Terjemahan Perancisnya, "Aaron jettera le sort sur les deux boucs, un sort pour I'Eternel et un sort pour Azazel." Terjemahan Spanyolnya, "Y echara Suertes Aaron sobre los dos machos cabrios; una suerte por Jehova, y otra suerte por Azazel."

Sebetulnya apa dan siapa Azazel yang dianalogikan sebagai korban kesalahan ini? Easton dalam Illustrated Bible Dictionnary mengatakan, "Sebagian orang menganggapnya roh jahat atau setan," Namun, Davidson dalam A Dictionnary of Angels menyebutkan, "Salah satu pemimpin 200 malaikat yang telah jatuh ke dalam dosa,"

Sebagai istilah, kambing hitam pertama digunakan dalam pengajaran bahasa Melayu di sekolah zending Belanda abad ke-19 di Maluku. Salah seorang guru yang sangat terkenal adalah Josef Kam. Mula-mula ia bekerja di Semarang, lalu mengajar bahasa Melayu seraya merasul di Ambon dengan pola Pietisme. 

Kompas, 1 Desember 2001

Ditulis oleh Remy Sylado untuk rubrik bahasa Kompas yang kemudian diterbitkan menjadi buku dengan judul Inul Itu Diva, Kumpulan Rubrik Bahasa Kompas.  Remy sebaagai seniman andal telah menghasilkan buku Dasar-dasar Dramaturgi (1981), Menuju Apresiasi Musik (1983), Mengenal Teater Anak (1984), Seni Akting, dan Ensiklopedia Musik (1989).


Warganet kembali dihebohkan oleh sosok Dewi Persik. Bukan karena aksi panggungnya tapi aksi mobil mewahnya yang ingin menerobos jalur busway. Seperti kita tahu sendiri jalur busway adalah jalur khusu yang harus steril dari kendaraan selain busway.

Percobaan menerobos jalur busway ini semakin viral di media sosial berkat perkataan kasar DP yang dilontarkan kepada petugas TransJakarta. menurut Wibiwo, Humas TransJakarta petugas yang jaga saat itu dimaki dengan sebutan binatang dan diancam untuk didatangi oleh sekelompok orang karena tak memperbolehkan DP masuk jalur busway.

DP dalam instagramnya mengklarifikasi bahwa kejadian  tersebut tidak benar. Ia beralasan tak pernah berkata seperti itu menurut dia saat itu polisi yang mengawalnya menyarankan untuk memakai jalur busway karena saat itu keadaan darurat: asisten saya asmanya kambuh dan harus segera dibawa ke rumah sakit Fatmawati. Namun petugas TJ terlalu arogan tidak membuka jalur busway, malah memarahi suami DP.  

Namun bagaimanapun versi yang benarnya. Tindakan DP tidak bisa dibenarkan dengan alasan apapun. Dapat disimpulkan bahwa ia telah bersikap yang sangat arogansi. Arogansi yang muncul karena merasa telah menjadi seseorang yang terkenal dan berpengaruh. Sehingga ia merasa punya hak istimewa untuk melakukan sesuatu sesuai kemauan nya sendiri tanpa memperdulikan kepentingan umum.
Baca Juga: Para Wanita yang Mulai Mengekspansi di Segala Bidang
Tentu kasus arogansi seperti ini bukanlah yang pertama kali terjadi di negeri ini. Masih ingat dengan kasus nona cantik Sonya Depari yang berani membentak dan memaki-maki polwan yang menilangnya saat konvoi. Ia tidak mengakui kesalahan yang sudah diperbuat, bahkan ia malah mengancam polwan tersebut dan mengaku anak jenderal.
Bukan cuma itu aja. Ada  juga kasus pemukulan seorang petugas Bandara Sam Ratulangi oleh seorang ibu yang mengaku sebagai istri dari seorang jenderal polisi. Berawal dari pemeriksaan Walk Through Metal Detector (WTMD) yang berbunyi karena mendeteksi adanya unsur logam.
Sesuai prosedur, petugas meminta calon penumpang untuk melepaskan jam tangan dan diperiksa ulang dengan mesin X-Ray. Tidak terima dengan permintaan tersebut, si Ibu malah memarahi petugas dan menampar petugas. Dan pastinya masih banyak lagi kasus seperti serupa yang tidak terekspos media.
Uang punya relasi dengan para pemegang kekuasaan. Tentu sering kali kekuasan seseorang akan menimbulkan privilse atau hak istimewa dalam lingkungan sosialnya.
Sebagai contoh pelayanan orang dengan jabatan tinggi tentu akan mendapatkan pelayanan yang lebih istimewa dibanding orang yang berasal dari kelas ekonomi rendah. Lihat saja bagaimana istimewanya penjagaan di rumah sakit RSCM ketika SN yang sedang dirawat. Tidak sembarang orang bisa bebas masuk rumah sakit tersebut.
Hak istimewa tersebut tentu timbul karena ada penggolongan dalam suatu kelompok, masyarakat atau sebuah negara. Aristoteles pernah berkata dalam tiap-tiap negara terdapat tiga unsur yakni: mereka yang kaya sekali, mereka yang tengah-tengah dan mereka yang meralat.
Kemudian jurang antar unsur itu semakin renggang dengan semakin berkembangnya sistem kapitalisme dalam suatu negara. Sistem kapitalisme telah membentuk suatu hierarki dimana para pemegang modal menjadi pemegang kekuasaan. 
Para pemegang kekuasaan ini terus mengekplorasi kekakayaan dan membangun jaringan-jaringan guna semakin memperkaya diri. Dan para pekerja terus saja berkutat dengan  kredit diberikan pemodal besar.
Hingga hieraki tersebut terbentuk menjadi suatu kelas-kelas dalam  sebuah tatanan yang disebut negara. Terus berkembang hingga meniadakan semangat kebersamaan. Sehingga semua dikendalikan penguasa dengan tujuan tertentu.
Menurut filsuf Michel Foucault kekuasaan bukanlah sesuatu yang hanya dikuasai oleh negara, tetapi sesuatu yang dapat diukur. Kekuasaan ada dimana-mana bahkan ada dalam diri kita sendiri.
Penjelasan mengenai kekuasaan oleh Foucalt cukup berbeda dibanding filsuf-filsuf lainnya. Dimana ia beranggapan kekuasaan merupakan satu dimensi dari relasi. Artinya, dimana ada relasi, disana ada kekuasaan.
Dari sini kita bisa simpulkan bahwa kekuasaan bisa timbul dimana saja yang penting orang tersebut punya relasi dengan para kekuasaan Di sinilah letak kekhasan Foucault. Dia tidak menguraikan apa itu kuasa, tetapi bagaimana kuasa itu berfungsi pada bidang tertentu.  
Kekuasan sendiri tidak berdiri sendiri. Ia diciptakan dari hasil relasi-relasi yang memilik tujuan yang sama untuk menindas golongan yang mereka sukai. Jadi bisa dilihat sendiri kelakuan para manusia sekarang yang mempunyai relasi dengan para penguasa. Di zaman now orang yang bukan siapa-siapa  bisa seketika menjadi siapa-siapa karena memiliki relasi-relasi dengan para pemegang kekuasaan. 
Saya jadi teringat ucapan seorang teman “ sehebat dan sepintar apapun kamu tidak bisa masuk golongan tertentu jika kamu tidak punya relasi untuk memasukan kamu ke golongan tersebut”.
Jadi sekarang kamu relasinya siapa?




Photo credit to health.clevelandclinic.org
Rasanya pemerintah kita mempunyai rencana terselubung yakni menghapuskan seks dari kehidupan warga negara Indonesia. Aksi ini bisa terlihat dari sangat gencarnya pemerintah untuk mencukur segala unsur yang berbau seks.

Negara yang katanya berkiblat keTimuran ini memang begitu cepat dan tanggap untuk urusan seks. Sedikit saja ada aroma seks maka akan menjadi bahasan serius lebih serius daripada urusan korupsi yang menggerogoti negeri ini. 

Lihat saja dengan cepatnya pemerintah setempat menutup ijin operasi Hotel Alexis yang dianggap sebagai sarang prostitusi. Lebih cepat daripada urusan menutup pabrik semen di Rembang atau proyek reklamasi.   
   
Jika berbicara seks rasanya kita masih berada ditahap paling dangkal. Sedikit saja membicarakan seks kita sudah dianggap amoral dan tak beretika. Lihat saja berapa banyak orang yang membicarakan seks ketika makan siang, jarang sekali. 

Sebenarnya seks adalah suatu kebutuhan alamiah dari setiap makhluk hidup yang berkembang biak. Jadi sudah seharusnya bisa diperbincangkan secara umum layaknya sedang membicarakan menu makan siang. Membicarakan seks bukan lagi menjadi hal yang tabu. 

Seks bukan hanya urusan penis dan vagina. Seks lebih luas dari itu. Sebagai contoh langkah apa saja yang harus dilakukan suami jika istrinya akan melahirkan, atau bagaimana menangani cara efektif membersihkan alat vital itu adalah bagian dari seks.

Untuk mengetahui hal tersebut hanya bisa didapat jika kita mendapatkan edukasi tentang seks. Bukannya malah menghindari dan menjauhkan masyarakat dari seks. Sebab jika pemerintah atau orang tua menjauhkan dari edukasi seks, malah membuat mereka yang tidak tahu akan seks mencari sendiri tentang lewat video bokep, apa itu seks dan menetapkan sendiri batasan-batasan seks. Ini yang akan menjadi malapetaka.

Keengganan untuk memperkenal seks sebagai suatu edukasi ilmiah membuat kita dibayangin ketakutan. Ketakutan inilah yang telah menggiring kita kedalam jurang kesesatan seks. Dimana ketika ada konten porno/seks harus segera diblokir. Padahal yang harus diblokir adalah mindset kita melihat seks.
Baca juga: Para Wanita yang Mulai Mengekspansi di Segala Bidang
Konten-konten berbau seks telah menimbulkan beberapa korban: tumblr, reddit, vimeo. Dan mungkin saja layanan pesan instan yang populer di Indonesia dan dunia: WhatsApp akan menyusul diblokir. WhatApps dilaporkan miliki konten GIF yang bernuansa porno di halaman perpesanannya. Tak pelah kabar ini sudah meresahkan para orang tua, bahkan beberapa orang tua sudah menyatakan WhatApp berbahaya untuk anak-anak mereka dan mereka menyarankan untuk tidak lagi menggunakan WhatsApp  sebagai aksi protes.
Kekhawatiran ini akhirnya sampai juga ke pemerintah yang akhir-akhir ini memang doyan blokir-blokir konten porno. Kemkominfo sebagai garda terdepan urusan blokir tentu langsung bergerak dan bertindak dengan mengirim surat ke pihak WhatApp untuk segara menghilangkan konten tersebut. 

Kekhawatiran ini rasanya terlalu lebay. Sebab, aturan di WhatApp hanya mengijinkan seseorang yang sudah berumur 13 tahun yang memiliki WhatApps. Jadi jika sampai ada anak-anak yang melihat konten porno ini berarti orang tua merekalah yang lalai. 

Terlebih para pengguna WhatApps adalah para orang berumur sudah cukup umur dan jelas memang membutuhkan konten-konten seks. Lihat saja di Jepang indutri alat-alat seks dijual belikan oleh orang dewasa. Sebab balik lagi seks adalah kebutuhan alamiah.  

Yang menjadi lucu ihwal konten porno tersebut adalah konten porno tersebut baru akan muncul jika si pengguna mengetik kata kunci “sex” dia pencarian GIF mereka. Jadi kalau si user tidak menginkan konten porno maka tidak akan muncul dengan sendirinya. Kasusnya sama saja dengan jika kita mengetik kata kunci “sex” di mesin pencari google maka akan keluar konten-konten berbau porno. Maka dengan begitu tutup juga mbah goggle.

Untuk urusan konten porno tidaklah bisa diberantas 100%. Sebab selama masih ada yang mencari konten porno maka konten porno itu akan terus hidup. Konten-konten porno menjadi kebutuhan manusia modern untuk memenuhi hasrat seksnya. Yang perlu dilakukan adalah memberikan pengetahuan dan edukasi mengenai seks, agar masyarakat bisa memperlakukan konten porno sesuai tempat dan kebutuhan. 

Sebab edukasi ini akan mencerahkan pemikiran kita akan urusan seks. Dan akan menghilangkan anggapan seks adalah urusan kotor yang tidak perlu diperbincangkan.
Tentunya edukasi seks telah dilakukan di negara-negara maju. Bahkan pentingnya edukasi seks sudah terlihat dari ribuan tahun silam. Misalnya di China terdapat buku Su Nu Ching ­yang sudah ada sejak 5.000 tahun silam. Buku ini berisi pedoman Tao mengenai seks. 

Menurut pakar pengobatan tradisional China dan penulis buku The Tao of Sexology. Seks yang benar akan menunjang seseorang untuk mencapai umur panjang. Pemikiran ini sejalan dengan kedokteran modern. Yang membuktikan seks erat kaitannya dengan kesehatan. 
Jadi rasanya sungguh tidak masuk akal jika kita masih menganggap seks jelek bagi bangsa. Ketakutan berlebih akan konten porno belakang ini disebabkan tidak tahunya akan seks itu apa. Sebagai contoh kita akan selalu takut berada dalam kegelapan karena kita tidak tahu apa yang sedang terjadi. Andai saja kita mempunyai lilin dan mengetahui gelap itu apa, kita tidak akan lagi takut. 

Sekali lagi edukasi tentang seks akan menjadikan titik cerah bagi kita semua. Sebab seks bukan hanya urusan selangkangan tetapi soal kesehatan reproduksi dan cara berkembang biak. Mari bebaskan Indonesia dari ketakutan konten seks yang hanya akan membuat kita tak bergerak kemana-mana.  

Photo Credit to skyscrapercity.com
Perkembangan pusat perniagaan di Kota Bandung dan sekitarnya terasa melaju lebih pesat. Hampir setiap tahun saya bisa melihat mall-mall baru mulai tegak berdiri. Tanah yang dulunya lahan kosong atau bangunan tak terurus disulap menjadi sebuah pusat perbelanjaan.  
Lantas semakin menjamurnya mall tak membuat saya jadi lebih bahagia. Entah karena saya dilahirkan di pinggiran Kota Bandung yang saat itu masih minim mall. Hingga menjadikan sebuah mall tempat yang masih asing bagi saya. Kunjungan ke mall hanya saya lakukan ketika ada film baru di bioskop, itupun masih bisa dihitung dengan jari.  

Belum lama ini hadir pusat perbelanjaan yang dibangun oleh pengusaha sukses Chairil Tanjung si anak singkong. Yakni Transmart Carrefour. Pembukaan Transmart Carrefour bisa dibilang sangat meriah.  Jalan terusan Buah-batu Bojongsoang yang biasa macet, saat itu juga bertambah macet ketika pembukaan Transmart Carrefour.

Lantas kemeriahan pembukaan Transmart Carrefour saat itu tak menggerakan langkah kaki saya untuk pergi kesana.  Padahal jelas ketika pembukaan tersebut mall ini digadang-gadang akan menjadi pusat perbelanjaan yang lengkap. Dan menawarkan banyak potongan harga besar-besaran. Mungkin saja kelengkapannya akan mengalahkan mall-mall yang lebih dulu ada di kota Bandung.

Mungkin berselang lima bulan setelah pembukaan Transmart Carrefour saya dan seorang kawan baru berkesempatan menginjaki kaki di tempat ini. Ekspetasi tinggi sempat menghampiri ketika masuk ke tempat ini. Wajar saja karena parkiran yang begitu luas menjadi pemandangan pertama yang kami lihat ketika masuk untuk memarkirkan sepeda motor. “Ini tempat udah kayak pabrik ya?” tanya saya kepada kawan. Mungkin saja dalamnya lebih luas dan megah.

Bagi saya, ini adalah pengalaman pertama mengunjungi Transmart Carrefour. Sebelumnya, saya sempat melewati Transmart Carrefour yang berada di daerah Cimahi saat hendak menuju Padalarang. Memang, sepenglihatan saya, Transmart Carrefour yang berada di Cimahi juga menawarkan parkiran yang luas. Apakah ini menjadi daya tawar pertama dari pihak Transmart Carrefour?

Transmart Carrefour bukan saja menjadi tempat berbelanja tapi menjadi alternatif untuk bermain bagi generasi Z. Pusat perbelanjaan dengan 4 lantai ini menyediakan beberapa kebutuhan masyarakat. Lantai dasar menjadi area restoran yang menyajikan berbagai makanan. Di lantai pertama menjadi tempat semua kebutuhan pokok dan beberapa barang elektronik tersedia disini. Kemudian di lantai tiga menjadi tempat para konsumen untuk memenuhi kebutuhan fashion. Dan di lantai paling atas menjadi arena bermain, dan menjadi tempat paling favorit bagi anak-anak. 

Tak memakan waktu lama untuk memutari seluruh sudut Transmart Carrefour Bojong Soang. Walaupun parkirannya cukup luas nyatanya area bangunan di dalamnya tak lebih luas dari parkirannya. Di area dalam kami rasa masih banyak area kosong yang kurang dimaksimalkan oleh pihak pengelola. Setelah puas berkeliling, kami memutuskan untuk mencari makan diluar saja karena di area makanan Transmart tak tersedia area untuk membakar tembakau.

Hingga kami berjalan-jalan di depan yang ternyata cukup banyak penjaja makanan yang membuka usaha. Pandangan kami langsung tertuju ke sebuah warteg, yang kebetulan rekan saya pengen makan yang berat-berat. 

“Dulunya lahan yang dipakai oleh pihak Transmart Carrefour Bojongsoang ini merupakan sawah yang luas,” begitu yang dibilang oleh penjaga warteg yang berlokasi tak jauh dari Transmart Carrefour Bojongsoang, saat saya berbincang-bincang dengannya sambil ngopi.

Mengambil contoh beberapa titik lokasi yang menjadi tempat berdirinya Transmart Carrefour ini, ada kecenderungan jika management dari pihak PT Trans Retail Indonesia yang menaungi Transmart Carrefour tersebut memang mengincar lokasi-lokasi yang tidak terlalu padat. Seperti menghindari lokasi tengah kota, ini bisa dilihat dari beberapa lokasi Transmart Carrefour yang ada di wilayah Bandung Raya: Transmart Carrefour Cibiru, Transmart Carrefour Cimahi, dan Transmart Carrefour Bojongsoang.

Memang perlu informasi pasti mengenai hal ini, lebih tepat jika langsung menanyakan kepada pihak managementnya. Namun saat mengunjungi tempat ini kemarin, saya tidak menemukan orang yang bisa saya tanyai. Lagi pula kedatangan saya di saat weekday membuat tempat ini tidak terlalu ramai.

Selain penempatan lokasi, konsumen yang “diincar” juga saya rasa berbeda dengan retail yang berada di tengah kota. Mungkin ini juga termasuk ke dalam strategi bisnis dari pihak Transmart Carrefour. Mereka ingin “merangkul” warga pesisir, bahwa tempat belanja dan juga bermain bisa dinikmati tanpa harus pergi ke tengah kota.
Baca juga: Berawal dari Google Jatuh ke Ngaleut
Keberadaan Transmart Carrefour di kawasan Bojongsoang ini juga boleh jadi merupakan pemicu pedagang-pedagang kecil di sekitar jalan raya Bojongsoang. Tak hanya para pedagang yang berada di depan SDN Cipagalo, yang sepertinya memang sudah cukup lama berjualan di daerah situ, tapi di sepanjang trotoar juga marak para pedagang lainnya seperti penjual kopi, mie ayam, warung-warung kecil dan masih banyak lagi.

Bahkan warteg tempat saya ngopi dan berbincang tadi merupakan warteg yang baru buka sekitar satu bulan. Warteg tersebut merupakan cabang dari warteg utama yang berada di daerah Tegallega. Ditambah saat saya berada di warteg itu, beberapa karyawan berseragam yang menunjukkan bahwa mereka adalah orang-orang yang bekerja di Transmart Carrefour sedang menikmati makan sambil ngobrol dengan teman-temannya.

Warteg tempat saya ngopi itu seolah mencium pangsa pasar yang ditimbulkan oleh keberadaan Transmart Carrefour, yakni para karyawan yang mencari makan di jam-jam istirahat. Maka bisa dibilang keberadaan Transmart Carrefour di Bojong soang telah memicu para usaha kecil untuk membuka usaha dan menjadi garda terdepan bagi ketahanan pangan para pekerja Transmart Carrefour. (preanger.id-aka-upi)

Photo credit to bilnye.com
Tadi sore saya mendapatkan pesan WhatApps dari seorang teman yang menanyakan akan memakai kostum apa di perayaan Halllowean nanti. Saya cukup bingung sebab saya tak terlalu antusias mengikuti acara tersebut, namun kadung menerima tantangan saya harus memenuhinya. 

Pesta kostum hallowean sering kali diadakan di beberapa kota besar di Indonesia: Jakarta, Bandung, Surabaya. Teman saya memang sangat senang setiap kali ada pesta kostum selalu antusias mengikutinya. Bahkan dalam lemarinya terdapat beberapa kostum yang siap digunakan, namun jarang sekali dia memakai kostum hantu khas Indonesia.
Padahal kalo urusan hantu dan mistik Indonesia memiliki akar yang sangat kuat. Bahkan hingga sekarang masih banyak yang percaya pada dunia mistik. Tempat, petilasan, makam, pohon, gunung, atau bangunan yang dikeramatkan dan disakralkan karena dipercaya dihuni oleh kekuatan makhluk tak kasat mata, selalu dihormati, dipelihara, dan dijaga oleh orang-orang yang hidup
Bahkan kepercayaan tersebut masih melekat di generasi milineal. Lihat saja film remake pengabdi setan dari film dengan judul yang sama diserbu dan ditonton oleh jutaan kids jaman now. Film tersebut dapat membangkitkan film mistik yang hampir mendapat stigma dengan adegan berbau paha dan dada wanita menjadi film yang benar-benar horror.
Efek dari film tersebut cukup berdampak ke dunia nyata. Lokasi yang dijadikan syuting pengabdi setan bahkan menjadi tujuan destinasi bagi kids jaman now yang penasaran dengan hal-hal yang berbau mistik. Orang-orang yang penasaran mulai mencari pengalaman untuk bersentuhan dengan dunia tak kasat mata.    
Membicarakan lokasi syuting pengabdi setan saya jadi teringat dengan beberapa tempat di Kota Bandung yang menyimpan kisah misteri atau sering kali disebut urban legendnya Kota Bandung oleh masyarakat Bandung.
Beruntunglah dihari minggu kemarin ada sebuah komunitas yang mengadakan city tour yang akan mengangkat cerita urban legend di Kota Bandung dan mendatangi tempat-tempat cerita tersebut berasal. City tour ini pun diadakan pada malam hari untuk menambah kesan horror yang dirasakan setiap peserta. 
Nama tour tersebut bernama Legenda Urang Bandung. Pada city tour ini akan mengajak para peserta mendatangi tempat-tempat yang cukup terkenal dengan cerita urban legendnya.
Sebut saja rumah yang selalu tercium aroma kentang, jalan yang sering kali dilewati rombongan prajurit Belanda, sampai pada noni Belanda yang mendiami sekolah terkenal di Kota Bandung. Cerita-cerita tersebut tetap hidup di tengah kondisi Bandung yang terus berbenah menjadi kota modern.
Namun ada yang sedikit berbeda dari city tour ini. Sebab dalam city tour ini bukan saja diceritakan kisah mistiknya tetapi para peserta diberi pengetahuan akan latar belakang dari tempat tersebut. Latar belakang atau asal mula tempat tersebut menjadi penting agar kita selalu senantiasa menjaga warisan dari nenek moyang kita. 
Sebab bagaimanapun nenek moyang kita adalah yang menganut akan kepercayaan bahwa benda-benda memiliki jiwa dan nyawa. Sisi baiknya adalah nenek moyang kita menjadi manusia yang penuh kehati-kehatian dan berperilaku sesuai dengan tata krama yang berlaku di daerah tersebut.
Sebagai contoh saja pada pada pertengah lalu saya berkesempatan untuk mendatangi sebuah Kampung Adat Cireundeu yang berlokasi tak jauh dari Kota Bandung. Tepatnya lokasi kampung adat ini berada di selatan Kota Cimahi. Saya kesana untuk melihat rangkaian acara tutup tahun saka sunda.
Kampung Adat Cireundeu masih memegang teguh kepercayaan dan adat istiadat mereka. Ini terlihat dari mereka yang tak makan nasi tetapi makan singkong. Konon seratus tahun kebelakang nenek moyang mereka sudah menjadikan singkong sebagai makanan pokok, dan masyarakat kampung tersebut masih menjaga itu. Ketika pemerintah sibuk mengatasi produksi beras yang menurun dengan mengimpor beras, masyarakat Cireundeu sama sekali tidak cemas. 
Baca juga: Dering Telpon di Malam Itu
Mereka pun hidup selaras dengan alam sekitar, mereka mempunyai Leuweung (hutan) Larangan yang tidak boleh dimasuki karena pamali, kemudian mereka mempunyai Leuweung Baladahan yang digunakan warga untuk berladang, dan Leuweung Tutupan yang dimanfaatkan warga secara bertanggung jawab.Yang dimaksud bertanggung jawab adalah ketika mereka menebang satu pohon maka mereka wajib menanam satu pohon sebagai gantinya. 
Warga kampung Adat Cireundeu pun tidak menutup diri dari kemajuan teknologi. Mereka hidup berdampingan dengan teknologi, namun tetap memegang teguh adat yang berlaku. Mereka mengajarkan pentingnya sebuah landasan jika ingin menyerap suatu hal yang baru agar identitas diri atau jati diri tetap terjaga dan tak tergerus zaman.  
Mochtar Lubis dalam pidatonya di Taman Ismail Marzuki pada tanggal 6 April 1977 menyebutkan bahwa seluruh kepercayaan tersebut kemudian tumbuh menjadi adat dan budaya membentuk pola pikir dan menjadi ciri manusia Indonesia.
Lihat saja terjaganya adat oleh masyarakat Bali menjadikan adat mereka daya tarik untuk mendatangkan wisatawan luar negeri. Bayangkan saja jika seluruh kids jaman now disetiap penjuru tanah air mampu menjaga warisan tersebut dapat menjadikan Indonesia lebih Indonesia banget.
Mungkin kids jaman now harus belajar sama Nella Kharisma; penyanyi dangdut koplo asal Jawa Timur yang masih menjadi kepercayaan terhadap hal mistik  lewat lagu Jaran Goyang. Tak Cuma itu kamu bisa sambil bergoyang dan melupakan bagaimana rasanya patah hati.
Maka sebenarnya perayaan hallowean adalah perayaan yang bukan Indonesia banget. Hallowean tidak pernah hidup di Indonesia tapi kita harus bangga dengan tradisi-tradisi yang diwariskan nenek moyang kita. Ayo goyang dulu.  
Older Posts Home

Postingan Populer

  • Istilah-istilah Teknis Dalam Penulisan Skenario atau Skrip
  • Aplikasi SIKASEP, Solusi Mencari Rumah Tanpa Keluar Rumah
  • Merawat Ingatan Kolektif Dalam Istirahat Kata-kata
  • Leuhang, Sauna Tradisional Sunda
  • Nunggu Teka, Menimbang Kembali Makna Kebersamaan

Author


Hello, There!

Aloha, urang Rulfhi Alimudin biasa dipanggil Upi. Urang suka nulis tapi belum tahu suka kamu atau engga


Ikuti

Blog archive

Artikel Pilihan

Ulasan: ‘Logan Lucky’: Steven Soderbergh dan Kelompok Pencuri

Copyright © 2016 Rupaca. Created by OddThemes