Borondong Majalaya, Oleh-oleh Khas Bandung Selatan
Toko Borondong Pak Ara menyelinap di antara jajaran toko
kelontong yang berada di Jalan Alun-alun Timur No 50 Majalaya. Toko dengan
lebar 1,5 meter itu menjual salah satu makanan khas Majalaya, Borondong. Saya
bersama ibu mengunjunginya belum lama ini. Kami membeli dua pak borondong
sebagai buah tangan untuk kawan SMA ibu yang kini tinggal di Purwakarta.
Kami kerap membeli borondong untuk diberikan kepada kawan
yang lama tak jumpa. Sebagai yang tinggal dan besar di Majalaya, ada ego untuk
memperkenalkan makanan kha ini ke banyak orang. Pasalnya selama ini orang kerap
menilai Majalaya dengan tiga hal, banjir, delman dan kebul (debu). Ketiga permasalahan
tersebut memang bisa diselesaikan tapi jalannya panjang dan berliku.
Beberapa waktu lalu ketika saya mengikuti writhingthon
jelajah Garut, saya pun membawa borondong. Bak tim marketing, saya
mempresentasikan panganan ini di salah satu ruangan di perpustakaan Garut. Tentu sebuah ikhtiar kecil dalam melestarikan
keberadaan Borondong di masa sekarang.
Asal Muasal Borondong
Tak mudah mencari referensi mengenai asal mula Borondong.
Sebab tak ada catatan di atas kertas yang bisa dirujuk, hampir kebanyakan berita
dari mulut ke mulut atau yang bisa kita kenal sebagai sejarah lisan.
Kabarnya borondong sudah dibuat sejak tahun 1920-an, tapi sebagai
makanan yang kerap disajikan oleh para penggarap sawah kepada para juragan yang
datang ke kampung di masa panen. Pasca kemerdekaan barulah borondong menjadi
makanan yang diperjualbelikan hingga saat ini.
Baca juga: Sarung Indie Asal Majalaya
Kampung Sangkan, Desa Laksana Kecamatan Ibun, dikenal
sebagai sentra pengrajin borondong. Ada beberapa nama pengrajin yang kesohor
sebuat ajaa Mak Erah, Mak Enit dan mak-mak lain yang belum saya ketahui. Pada tahun
2011, Bupati Dadang Naser menobatkan kampung tersebut sebagai bagian dari 10 desa
wisata yang berada di Kabupaten Bandung.
Penobatan tersebut tidak lepas dari borondong sebagai ikon
khas Kampung Sangkan. Bagi yang belum tahu, letak kampung Sangkan berada di jalan
arah ke Kamojang. Itu yang ada jembatan kuning (Kamojang Hill Bridge).
Jenis-jenis Borondong
Sedari tadi saya ngomongin borondong, tapi belum jelasin apa
itu borondong. Borondong merupakan makanan tradisional khas Priangan yang
terbuat dari gabah ketan atau jagung yang diolah dan dicampur dengan gula.
Memiliki bentuk bulat lantaran dicetak menggunakan batok kelapa. Seiring
perkembangannya ukuran borondong kian beragam mulai dari bulat kecil hingga
besar. Makanan ini pun memiliki rasa manis. Borondong terdapat dua varian yaitu
borondong garing dan borondong enten.
Borondong Garing
Borondong garing adalah olahan gabah ketan atau jagung yang
diolah dan dicampur dengan gula merah (kinca). Selanjutnya dicetak bulat-bulat atau tidak bulat.
Borondong Enten
Sementara borondong enten adalah beras ketan yang diolah
menjadi enten (wajik) menggunakan gula merah atau kinca, kemudian dibentuk
bulat yang nantinya diselimuti jagung (semacam popcorn). Kedua jenis borondong
ini biasanya dijadikan sebagai kakaren di hajatan atau anak sunatan.
Borondong Dalam Sebuah Lagu
Meskipun saya belum menemukan secara spesifik di mana masa-masa kesukseskan borondong. Saya percaya bahwa masa itu pernah ada, ini sedikit dibuktikan dengan borondong yang diangkat menjadi sebuah lagu. Tentu dalam hemat saya, bila sesuatu dijadikan lagu maka hal itu adalah hal-hal yang familiar atau populer dengan kehidupan banyak orang. Berikut lagu Borondong Garing yang sempat dipopulerkan oleh Nining Meida.
Saya memang tak bisa membuat borondong, saya hanya bisa membeli,
membeli dan membeli. Dengan cara itulah saya mencoba menjaga eksistensi borondong
di masa kiwari. Satu hal yang harus kamu tahu bahwa saya dan borondong memiliki
kesamaan yakni sama-sama manis.
0 Comments