Borges dan Cerpen Realism Magisnya
Mungkin dari sebagian kita tak dapat
membayangkan suasana surga seperti apa. Pergi jauh ke puluhan tahun lalu seseorang
dari Amerika Latin telah membayangkan bahwa surga itu serupa perpustakaan. Anggapan
itu ia ambil, dengan alasan karena ia selalu merasa sangat bahagia ketika
menghabiskan waktu di sana. Orang itu bernama Jose Luis Borges.
Carlos Funtes pernah berkata “Tanpa
Borges, novel Amerka Latin modern sama sekali takkan pernah ada. Wajar saja, ia
bisa berkata seperti itu, karena bisa dikatakan bahwa Borges merupakan tonggak
awal lahirnya sastra genre realism magis. Borges sangat piawai untuk membawa si
pembaca lebih dekat dengan narasi metafisis yang hadir secara literal.
Ia pun lihai meramu cerita kehidupan masa
kini dengan kejadian-kejadian yang terjadi masa lampau. Bahkan nama-nama besar
seperti Gabriel Garcia Marquez, Carlos funtes, Jose Denoso dan Mario vargas
Llosa, mengakui bahwa mereka banyak berhutang kepada Jorge Luis Borges.
Salah satu kepiawaian dia bisa dilihat
dari karya-karya yang telah diterbitkan. Salah satu penerbit dari Kota
Yogyakarta yakni Penerbit Gambang Buku Budaya telah menerbitkan kumpulan cerpen
dari Borges yang diberi judul Parabel Cervantes dan Don Quixote.
Kumpulan cerpen karya Borges pada buku
Parabel Cervantes dan Don Quixote Borges, sudah di terjemahkan oleh Lutfi
Mardiansyah. Dan tentu menerjemahkan suatu karya yang telah besar lebih dahulu,
merupakan pekerjaan berat dan juga menantang. Bagaimana si penerjemah harus
tetap bisa menjaga setiap kata demi kata agar tetap utuh untuk disampaikan pada
si pembaca.
Berisi dua puluh cerpen yang dirasa cukup
memadai untuk membaca Borges secara utuh. Cerpen-cerpen pada buku ini
bervariasi mulai yang panjang sampai yang berbentuk fabel, namun semua cerpen
tersebut masih dalam nuansa yang sama, yakni realism magis.
Pemilihan judul “Parabel Cervantes dan
Don Quixote”, diambil dari isi judul cerpen dalam buku ini. Cerpen yang
berjumlah enam paragraf. Mengisahkan pertemuan dua tokoh, yakni tokoh rekayasa
(Don Quixote) dengan pengarangnya sendiri, Miguel de Cervantes.
Berawal sebelum kematian Don Quixote,
ia bertemu dengan Cervantes di Spanyol. Kedua tokoh memiliki kesamaan yakni
sama-sama pemimpi. Hingga keduanya pun meramalkan bahwa mereka akan dikenang
oleh orang banyak. Dan benar saja, novel Don Quixte yang berlatar Andalusia
(Spanyol) menjadi novel utama di Spanyol. Bahkan nama Don Quixite diabadikan
menjadi nama jalan dan sebuah Bandar udara di Spanyol.
Yang menarik dari cerpen tersebut
adalah bagaimana cara Borges untuk mempertemukan dua tokoh fiktif dengan tokoh
nyata. Kedua tokoh ini saling berbicara seolah-olah kedua tokoh tersebut berada
dalam dunia yang sama. Bahkan pembaca akan beranggapan bahwa kedua tokoh
tersebut memang diceritakan diwaktu bersamaan.
Selain dapat menjumpai cerita yang
mengkolaborasikan tokoh-tokoh dunia nyata dengan tokoh fiktif. Buku ini
terdapat beberapa cerita yang berisi makhluk-makhluk mitologi. Pada buku ini
juga terdapat makhluk-makluh mitologi. Simurgh, Bahamut dan Burak.
Dalam cerpen berjudul Simurg
(hal.97-100), Borges menggambarkan Simurgh dari beberapa sumber. Pertama
Simurgh adalah burung abadi yang bersarang di cabang-cabang pohon pengetahuan; Burton
membandingkannya dengan burung elang yang, menurut Younger Edda, memiliki
pengetahuan tentang berbagai macam hal dan membuat sarangnya di cabang-cabang
Pohon Dunia, yakni Yggdrasil.
Kemudian menurut Thalab (1801) karya Southey dan Templation of Saint Anthony (1874) karya Flaubert, keduanya membicarakan
tentang Simorg Anka; Flaubert mereduksi kedudukan burung tersebut menjadi
pengawal Ratu Sheba, dan menggambarkan memiliki bulu berwarna orange yang
tampak seperti sisik metalik, kepala kecil berwarna keperakan dengan wajah
manusia, empat sayap, sangat panjang.
Baca juga: Kebusukan dan Kemegahan Proyek
Dari cerpen Simurgh kita bisa melihat
bagaimana cara pandang dan cara
bercerita Borges terhadap makhluk mitologi. Makhluk tersebut digambarkan seolah
begitu nyata dan dekat dengan kita, mungkin setelah membaca tulisan tersebut,
kita akan merasa bahwa makhluk tersebut berada benar-benar berada di sekitar
kita. Selain itu, ada juga kisah fantasi sebuah kitab, yang ia sebut “Kita
Pasir” (hal. 71-80)
Selain kedua cerpen tersebut, masih ada
delapan belas cerpen lainnya yang tak kalah menarik. Hampir semua cerpen dibuku
ini menyajikan cerita-cerita atau kejadian-kejadian zaman dahulu yang
dihubungkan dengan kejadian sekarang, ataupun penggabungan dari berbagai
literatur dunia. Borges pun sangat piawai untuk menyajikan setiap ceritanya, sehingga
anda tak akan merasakan bosan atau merasa janggal pada setiap cerita yang
disajikan.
Keunikan dalam cerpen-cerpen Borges
ialah ia menciptakan sebuah alur cerita yang dirangkai dari ensiklopedia,
indeks-indeks catatan, berbagai literatur dunia yang ia baca. Maka ketika
pertama kali saya membaca cerpen Borges saya harus banyak membuka ensiklopedia
ataupun berbagai sumber lainnya, hanya untuk sekedar memastikan. Namun itu tak
mempengaruhi keasikan membaca cerpen Borges, malah menjadikan kelebihan dari
cerpen-cerpen Borges.
Dengan realism magis yang dibawanya, ia
telah mampu berjalan lebih jauh dari karya-karyanya, memfiksikan yang nyata dan
menyatakan yang fiksi. Sebab menurutnya, manusia tidak sekedar mampu
menghadirkan kisah fiktif tetapi manusia juga tokoh fiktif di dunia. Ia juga
mampu menghadirkan suatu ketajaman analitis, perenungan yang tinggi terhadap
realitas.
Walaupun buku ini hanya berisi dua
puluh cerpen karya Borges. Namun pemilihan setiap cerpen mampu memberikan
gambaran secara utuh dan menyeluruh mengenai Jorge Luis Borges. Sehingga buku
ini layak untuk kalian para penikmat realism magis atau kalian yang mau
berkenalan lebih jauh dengan Borges. Maka memang tak salah lagi kalo Borges
dinobatkan sebagai bapak realism magis dari Amerika Latin
Selamat membaca kawan, selamat
berfantasi bersama Borges.
0 Comments