Aku dan Bandit Kecil
Maaf aku baru membaca kartu pos yang
kau kirim sebulan lalu. Bukan aku tak sudi membacanya, tapi kau tahu sendiri
kuliah ku mendekati libur musim dingin kali ini begitu padat. Belum aku harus
kerja paruh waktu demi memenuhi kebutuhanku. Dan kau tahu tempat kerjaku pun
lumayan jauh dari tempat tinggalku yang sekarang. Aku harus pergi ke stasiun Luzern
sebelum pukul 6 pagi, dan jika aku beruntung kebagian tempat duduk maka aku
bisa melanjutkan tidurku di kereta. Setibanya di stasiun Bern aku harus berjalan
kaki sekitar 3 km untuk sampai di tempat kerjaku. Tadi pagi entah kesialan apa
yang menimpaku. Aku bermimpi basah dan aku terlena dalam mimpi itu, ketika ku
lihat jam ternyata sudah menunjukan jam
6 pagi. “Ah kali ini aku telat lagi” cetus ku. Nampaknya alarm yang ku setel
jam 5 pagi tak bisa mengganggu tidurku. Lantas aku hanya menggosok gigi dan
mengganti pakaian dengan pakaian kerja. Bergegas untuk pergi ke stasiun.
Kau tahu Rebby yang pernah kuceritakan
padamu? Yah ia kembali berulah, dan sialnya kali ini ia melibatkanku. Padahal
aku sudah ingatkan ia jangan berurusan dengan orang-orang di kota ini. Yah
dasar kepala batu ia tetep aja membandel, aku tahu ia memang sedang butuh uang.
Semenjak ia di pecat di restoran La Pizza ia jadi bandit kecil. Rebby selalu
berdiam diri setiap pagi di stasiun seolah-olah
ia sedang menunggu kereta, dan ketika melihat ada orang yang lengah maka ia
akan melaksanakan kewajibannya sebagai bandit kecil. Menguras isi dompet si
lengah. Tapi hari ini sial menghampirinya ia ketahuan oleh petugas . Ketika ia
akan dibawa petugas Rebby melihatku dan memanggilku. Sontak aku tengok
sebentar. Tak berselang lama kedua
petugas sudah berada tepat di depanku.
“Maaf, apakah anda saudaranya atau
mengenal anak kecil ini?”
“Yah
aku sangat mengenalnya.”
“Kalo begitu bisakah anda ikut kami ke
kantor!!”
“Tapi saya harus kerja jadi tidak
mungkin.”
“Hanya sebentar, cuma minta keterangan
saja.”
“Okelah kalau begitu.”
Ah kau tau sebentarnya itu alias
seharian. Aku harus jadi bangkai menghabiskan waktu seharian di kantor polisi, Aku harus merelakan bolos kerja sehari ini dan
siap-siap kena omelan si boss untuk kedua kalinya, karena aku sudah terlalu
sering lama sendiri bolos. Karena Rebby
belum genap 17 tahun maka petugas tak bisa menghukumnya . Petugas menyodorkanku
secarik kertas berisi pernyataan dan nominal denda yang harus dibayar. Setelah
aku tandatangani, baru diperbolehkan untuk keluar kantor polisi.
Ketika diluar kantor polisi aku coba
menasehatinya. Tapi tak sedikitpun ia mendengarkanku, malah dengan dinginnya ia
segera pergi ke tengah keramaian. Aku berteriak “Oy dasar tak tahu diri kau
Rebby!!”
Kejadian seharian dikantor polisi ini
sudah membuat aku lupa untuk makan. Lantas sebelum aku pulang kerumah, aku
mampir dulu ke toko untuk membeli beberapa roti keju kesukaanku. Aku memilih
berjalan kaki pulang kerumah karena uangku habis untuk bayar denda anak kecil
yang tak tahu diri itu. Sejam kemudian aku baru sampai dirumah dan setibanya
dirumah. Rebby sudah duduk di sofa depan tv sambil meminum sebotol bir.
Tags:
Cerpen
0 Comments